Pasalnya pembeli miras oplosan didominasi oleh anak-anak atau remaja yang berstatus masih pelajar.
Salah satu warga, Deden mengatakan tempat miras tersebut sudah sering ditutup. Namun selalu saja buka kembali.
Ia pun menduga, ada oknum yang membeking dari lingkup aparat penegak hukum, sehingga penjual miras tidak pernah ada efek jera.
“Gak pernah bisa tembus itu, udah ditutup tapi buka lagi, jadi bikin resah warga,” katanya saat ditemui wartawan, Sabtu (28/10/2023) malam
Deden menyebut maraknya aksi premanisme dan berandal jalanan atau gangster di wilayah Cisoka dipicu dari tidak tegasnya Kepolisian setempat dalam menangani peredaran miras.
“Jangan sampai warga turun tangan, takutnya dibakar itu toko,” ucapnya.
Maka itu Ia pun berharap keresahan warga ini bisa ditindaklanjuti oleh seluruh pihak terkait, seperti Camat hingga dari aparat Kepolisian dalam hal ini Polsek Cisoka.
“Warga cuma mau itu toko ditutup permanen, jangan rusak anak-anak,” tandasnya. (Heru/Tim/red).
